Ziva jalan-jalan lagi yeeeayyy…. Kali ini ke kampung halaman suami yang juga tempat kelahiran saya untuk merayakan Idul Adha. Ceritanya gantian gitu. Idul Fitri yang lalu kan kami merayakannya hanya di Bandung, nggak mudik ke Palembang. Makanya Idul Adha, gantian kami merayakan di Palembang.
Tantangan mudik kali ini adalah ini pengalaman pertama saya dan suami membawa Ziva naik pesawat terbang sekaligus pengalaman pertama Ziva traveling naik pesawat terbang. Stresnya sudah dari kapan hari deh. Pake maskapai apa, barang bawaan bakal rempong, dari rumah ke bandara naik apa, Ziva di pesawat bakal cranky atau nggak, dll.
Akibat galau mau pake maskapai apa, jadinya baru issued tiket 2 minggu sebelum berangkat. Akhirnya pilih naik maskapai Garuda Indonesia, karena katanya child friendly. Beberapa hari H sebelum berangkat, sempat was-was karena lihat di berita kalau Palembang sedang darurat kabut asap. Tapi karena nggak ada info apa-apa dari Garuda Indonesia, ya kami berpikir positif saja.
Kami berangkat Sabtu tanggal 4 Oktober. Di tiket, jam keberangkatannya 11.25. Berhubung kami tinggal di Cikarang yang nun jauh di mato dari Bandara Soekarno Hatta, jam 7 pagi kami sudah berangkat dari rumah menggunakan mobil rentalan. Ternyata perjalanannya lancar banget. Belakangan saya baru ngeh kalau tanggal 4 Oktober kan sudah ada masyarakat yang merayakan Idul Adha dan melaksanakan sholat Ied. Pantes aja jalanan sepi. Alhasil jam 9 pagi kami sudah tiba di bandara. Kecepetan blas ๐
Berhubung jam keberangkatan masih lama banget, kami nggak langsung check in. Saya dan Ziva duduk dekat pintu masuk yang ke tempat pemeriksaan X-ray, si ayah merokok di luar. Saya sempat buang air kecil sekalian ganti pospak Ziva. Sekitar jam 10an kami memutuskan untuk check in. Begitu tiba di dalam, antrian check in di konter Garuda Indonesia panjang bener. Tau gitu check in dari tadi pas sampe bandara. Bener aja, pas kita check in, kebagian seat nomor 30 H dan 30 J (_ _!!). FYI, per 1 Oktober 2014, harga tiket Garuda sudah nggak gabung lagi dengan airport tax bandara alias terpisah kayak maskapai lain. Jadinya pas check in, sekalian bayar airport tax. Saya juga baru tau kalo bayi nggak bayar airpot tax ๐
Oya, beberapa hari sebelum hari H, ada pihak Garuda menelepon saya untuk mengkonfirmasi keberangkatan, sekalian aja saya tanya perihal baby basinet. Menurut mbak yang menelepon saya, katanya nanti minta aja di bagian penjualan tiket. Di bandara saya sempat menanyakan lagi perihal baby basinet di bagian penjualan tiket, menurut si mas sales, katanya nanti minta di bagian customer service. Begitu di dalam, sebelum check in, saya ke bagian customer service, menurut seorang bapak yang saya temui, katanya nanti bilang aja ke petugas di bagian check in kalo mau minta baby basinet. Hadeuh, ribet dah. Akhirnya di bagian check in saya malah nggak nanya-nanya lagi perihal baby basinet. Lagian dapat seat nomor 30 gimana mau dikasih baby basinet ๐
Sebelum boarding, kami menunggu di gate 7 seperti yang tertera di boarding pass. Eh ada pengumuman kalo penerbangan delay dan calon penumpang harus pindah ke gate 3. Setelah delay sekitar setengah jam, akhirnya kami naik juga ke pesawat. Karena antrian di jalur umum rame banget, saya mengajak suami antri di jalur sky priority biar masuk ke pesawatnya lebih cepat. Tadinya was-was bakalan disuruh antri di jalur umum secara tiket kami di kelas ekonomi, tapi mungkin karena petugasnya melihat saya menggendong Ziva, jadinya lolos aja tuh lewat jalur sky priority ๐
Masuk ke dalam pesawat, di dekat jendela sudah duduk seorang bapak. Saya kemudian duduk di tengah, suami duduk dekat lorong. Nggak lama, pramugari ngasih sabuk pengaman dan pelampung khusus bayi. Oiya, pas di ruang tunggu, Ziva sudah saya pakaikan ear muff supaya telinganya nggak sakit pada saat take off. Eh ternyata begitu pesawat mulai take off Ziva malah nangis kenceng banget. Mungkin mulai bosan pake ear muff. Mau kasih Ziva mainan teether, saya lupa mainannya ada di tas yang disimpan di bagasi kabin. Nggak mungkin diambil pada saat itu karena pesawat dalam kondisi take off. Akhirnya terpaksa saya kasih kantong muntah yang biasa tersedia di kantong depan penumpang buat mainan Ziva. Langsung diem deh. Asyik masuk-masukin kantong muntah ke dalam mulutnya (_ _!!) Begitu tanda sabuk pengaman boleh dilepas, suami ngambil teether di tas terus langsung kasih ke Ziva, kantong muntah yang sudah basah oleh ludah Ziva, saya ambil. Dulu sebelum menikah dan punya anak, saya tuh paling sebel mendengar suara tangis bayi/ anak-anak di dalam kendaraan umum terutama pesawat. Berisik banget. Eh sekarang kena tulahnya ๐ Pas di pesawat Ziva dikasih makanan berupa puree buah pir dan pisang dalam kemasan merk Heinz. Berhubung pada saat itu Ziva belum boleh makan jadi ya disimpen aja. Malah sampe sekarang Ziva sudah MPASI, si Heinz itu belum dibuka-buka.
Sampe di Palembang, kami dijemput bapak mertua saya, kakak ipar, adik ipar dan keponakan. Alhamdulillah walaupun di Palembang masih banyak kabut asap, kami mendarat dengan mulus. Malamnya Ziva susah tidur. Biasalah Ziva kalo di tempat baru memang suka rewel dan tidurnya jadi susah. Begitu bisa tidur, malah kebangun-bangunnya sering banget.
bersambung
Salam,