Week 9-week 12
Memasuki akhir trimester pertama, saya baru merasakan yang namanya mual-mual diikuti rasa ingin muntah. Istilahnya sih morning sickness, tapi saya mengalami mual dan muntah nggak hanya di pagi hari, melainkan di siang, sore bahkan malam. Apalagi saya punya riwayat sakit GERD (gastro esofagus reflux disease). Ibu hamil yang sehat saja bisa berpotensi asam lambungnya tinggi karena lambung dan ulu hati terdesak oleh janin, apalagi saya.
Tanggal 17 September saya dan Kk ke dokter Titien untuk kontrol kedua. Hasil USG kedua sungguh di luar dugaan. Janin kembar saya hanya satu yang berkembang dengan baik, sedangkan janin yang satu lagi nggak berkembang dengan baik (istilah kedokterannya amorfis). Sungguh…hati saya hancur melihat kenyataan tersebut. Pengen rasanya saat itu juga menangis di ruang praktek dokter Titien. Sambil menahan rembesan air mata saya mendengarkan penjelasan dokter Titien mengenai penyebab janin saya yang amorfis. Menurut dokter Titien penyebab amorfis ini karena perjalanan kromosom dan juga takdir Allah SWT, bukan karena saya kekurangan gizi. Saat menunggu obat di bagian farmasi, tangisan saya nggak terbendung lagi. Saya menangis di pelukan Kk. Sampai di rumah, saya kembali menangis, nggak rela kehilangan satu janin di dalam kandungan saya. Perasaan bersalah nggak bisa menjaga janin-janin dalam kandungan dengan baik menyelimuti diri saya. Cukup lama saya mempersiapkan mental untuk memberi tahu orang tua, mertua, dan saudara-saudara lainnya kalau saya nggak jadi hamil kembar. Pada akhirnya Kk yang memberi tahu ke orang tua saya dan orang tuanya kalau saya nggak jadi hamil kembar karena saya masih merasa nggak cukup kuat untuk cerita ke mereka.
Perlahan-lahan saya berusaha ikhlas menerima kenyataan bahwa satu janin saya nggak berkembang dengan baik. Dukungan Kk sangat berarti untuk saya dalam menghadapi kenyataan pahit ini. Menurut dokter Titien, janin yang nggak berkembang ini nanti akan hilang terserap oleh tubuh saya ataupun oleh janin yang sehat. Kejadian amorfis ini nggak akan mempengaruhi janin yang sehat karena mereka berada di dua kantong janin yang berbeda.
Selama hamil indra penciuman saya jadi sensitif dengan aroma-aroma tertentu yang menurut saya nggak enak. Mencium aroma box catering di kantor ketika dibuka saya mual kemudian muntah. Pernah sedang menggoreng ikan kembung di rumah tiba-tiba muntah. Mencium aroma puluhan sepatu karyawan produksi yang berada di rak dekat musholla saat saya melintas hendak sholat, saya muntah-muntah di tempat wudhu. Minum air putih nggak bisa langsung banyak, harus sedikit-sedikit, kalau nggak saya bisa muntah. Saya nggak bisa makan coklat dan produk turunannya, karena akan memicu asam lambung yang ujung-ujungnya saya muntah. Pernah pas lagi di motor mau beli makan bareng Kk, saya tiba-tiba muntah, penyebabnya karena sebelum berangkat saya sempat ngemil coklat. Kadang kalau saya berlebihan mengkonsumsi produk dari kacang tanah saya juga bisa muntah. Pokoknya macem-macem deh penyebab saya bisa tiba-tiba muntah. Kalau sudah muntah, sampai yang pahit-pahitnya bisa keluar semua. Belum lagi kalau muntah parah saya bisa sampai mengompol.
Walaupun begitu, saya masih berusaha untuk tetap makan nasi, lauk pauk dan sayur, walaupun nggak banyak pilihan, karena saya cenderung picky soal makanan. Sejak pernah terkena GERD, saya berusaha nggak mengkonsumsi mie instant, setiap masak di rumah nggak pernah menggunakan vetsin, nggak minum kopi, minuman dalam kemasan dan minuman bersoda, minum teh manis jarang-jarang. Saya juga menghindari lalapan sayur mentah dan sejak terkena GERD saya nggak makan kol baik kondisi mentah maupun matang. Paling nggak nahan kalau Kk minta dibikinin Indomie goreng dan rasa kari ayam. Aromanya itu lho….Supaya nggak penasaran, biasanya saya cuma nyicip sesendok saja 😀 Hobi makan gorengan, bakso, mie ayam, yamien, siomay dan batagor masih belum bisa berhenti total saat saya hamil, tapi saya berusaha untuk mengurangi asupan jajanan-jajanan tersebut *duh…maafin ibu ya nak*
Saya nggak minum susu hamil maupun susu jenis lainnya. Bukan karena saya nggak peduli dengan tumbuh kembang dan kesehatan janin di dalam kandungan saya. Tapi sejak terkena GERD lambung saya jadi sensitif. Lambung saya tidak bisa mencerna laktosa pada susu, istilahnya laktosa intoleran. Kalau saya minum susu, nggak lama kemudian saya akan mengalami muntah dan diare. Saya sudah mencoba minum susu ibu hamil Prenagen Mommy UHT rasa coklat, bagi saya rasanya eneg banget, ujung-ujungnya saya muntah. Saya coba ganti dengan susu Frisian Flag UHT Low Fat High Calcium rasa coklat, masih eneg juga. Akhirnya saya menyerah.
Sebagai ganti susu, untuk mencukupi kebutuhan asupan gizi yang dibutuhkan ibu hamil seperti asam folat, kalsium, zat besi, magnesium, dan lain-lain saya mengkonsumsi kefir. Kefir adalah produk turunan susu yang difermentasi seperti halnya yoghurt. Perbedaannya adalah yoghurt dibuat menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus sedangkan kefir dibuat menggunakan strain bakteri yang tidak dapat ditemukan pada yoghurt seperti Lactobacillus caucasus, Leuconostoc, spesies Acetobacter dan spesies Streptococcus. Kefir juga mengandung ragi yang bermanfaat, seperti Saccharomyces kefir dan Torula kefir. Kandungan bakteri baik pada kefir lebih banyak dibandingkan dengan yoghurt. Laktosa pada susu dipecah menjadi asam laktat pada proses pembuatan kefir maupun yoghurt, sehingga lambung saya bisa menerimanya dengan baik. Saya nggak mual maupun muntah ketika mengkonsumi kefir. Selain itu kefir kaya akan kalsium, asam amino, magnesium, berbagai vitamin B, vitamin K, zinc, asam laktat, asam asetat dan asam folat. Saya minum kefir dari susu sapi maupun susu kambing etawa, tergantung situasi, soalnya harga kefir susu kambing etawa lebih mahal 3 kali lipat dari kefir susu sapi 😀 Saat mengkonsumsi kefir saya mencampurnya dengan sari kurma atau madu untuk mengurangi rasa asamnya. Sebagai tambahan asupan asam folat saya juga mengkonsumsi kiwi gold dan pisang. Untuk variasi buah, saya kadang makan semangka, melon, jambu air dan pepaya.
Atas saran teman saya, saya minum konsentrat bernama Trace Mineral, untuk memenuhi kebutuhan mineral makro maupun mikro. Konsentrat ini bisa digunakan dengan cara mencampur dengan makanan atau minuman yang kita konsumsi. Kalau saya sih biasanya mencampurkan 2-3 tetes ke dalam satu gelas air minum.
Di kehamilan usia 11 minggu saya merelakan batal traveling ke Makassar bareng adik saya. Tiket pesawat promo yang dibeli jauh hari sebelum rencana pernikahan pun hangus demi kesehatan dan keselamatan janin di dalam kandungan saya. Akhirnya adik saya berangkat ke Makassar bersama teman-temannya sesama penulis novel.
Secara umum kondisi saya di trimester pertama antara lain frekuensi buang air kecil meningkat (katanya karena kandung kemih tertekan oleh perkembangan janin), baju seragam kantor masih muat tapi celananya sudah nggak muat (jadi sekarang kerja pake celana hamil tapi atasnya masih baju seragam kerja), kadang di malam hari betis kaki suka tiba-tiba kram, kaki mulai terasa melebar (sepatu nomor 36 yang biasa saya pakai mulai terasa sempit), mulai terasa nyeri dari leher sampai ke tulang ekor, masih melakukan pekerjaan rumah tangga (kecuali menyetrika hehehe….), naik turun tangga karena meja kerja saya di kantor berada di lantai dua, masih mengalami mual dan muntah, berasa cepat capek dan ngantuk dan masih di antar jemput Kk naik motor ke kantor.
Semoga saya diberi kemudahan dan kelancaran dalam menghadapi kehamilan ini, saya dan janin saya senantiasa dalam kondisi sehat. Aamiin…
Salam,