Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway “ASI dan Segala Cerita Tentangnya* dalam rangka menyemarakkan Pekan ASI Dunia.
F: Nanti kalau kita sudah lulus, kerja, nikah terus punya anak, masih mau kerja atau nggak?
C: Ya pengennya sih kerja ya
F: Nanti kalau kita kerja, anak kita minum susunya pake susu formula dong
C: Iya ya. Merk sufor yang bagus apa ya
F: Ada sih merk XXX, katanya komposisinya mirip kayak ASI, tapi harganya mahal.
C: Demi anak mahal juga dibeli
Masih lekat di ingatan saya percakapan di atas antara saya dan teman kuliah saya menjelang lulus kuliah di Jurusan Teknologi Pangan di sebuah universitas di Bandung. Dengan sotoynya kami membahas ada susu formula yang komposisinya mirip dengan ASI, yang akan kami berikan ke anak kelak suatu saat kami punya anak.
Eeeetsss, tapi itu dulu ya, dulu banget, sekitar 12 tahun yang lalu saat pengetahuan kami tentang ASI masih nol besar. Dulu mana tahu kalau ASI bisa diperah atau dipompa. Masih buta ASI banget pokoknya ๐ Sekarang saya sudah jadi ibu beranak satu, sedangkan teman saya sekarang anaknya sudah tiga. Kesamaan kami adalah kami sama-sama ibu bekerja di luar rumah yang berhasil memberikan ASI eksklusif 6 bulan dan lanjut sampai 2 tahun kepada anak kami. *prokprokprok*
Kok bangga banget sih, sombong! Ya bangga sih, tapi nggak bermaksud sombong. Bolehlah bangga, di tengah masih ramainya hujatan terhadap ibu bekerja, setidaknya keberhasilan memberikan ASI ini bisa menjadi penyejuk hati dan pelipur lara. Apalagi ditambah saya melahirkan Ziva melalui operasi caesar. Tambah banyak lagi omongan nyinyir di sana-sini yang menyakitkan hati.
Dulu saat masih hamil, saya pikir proses menyusui itu gampang lah. Tinggal buka bra, arahkan mulut bayi ke puting, bayi tinggal lep. Beres. Ternyata nggak semudah memasak mie goreng instan kesukaan suami ๐ Padahal saat saya dan suami dua kali ikut kelas edukASI mengenai ASI yang diselenggarakan oleh AIMI. Kenyataannya, awal-awal saya menyusui Ziva tuh ujian banget. Pake acara puting bernanah, payudara bengkak sampai saya demam, saat menyusui harus dibarengi dengan meringis-meringis karena saya dan Ziva masih sama-sama belajar mencari posisi pelekatan yang baik dan masih banyak lagi drama lainnya.
Masa Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan
Saya baru mulai mempersiapkan stok ASI perah satu bulan menjelang masuk kerja. Padahal breast pump dan segala perintilan ASIP lainnya sudah dibeli sejak Ziva belum lahir. Ujian kedua adalah saat melatih Ziva minum ASIP menggunakan media. Berdasarkan informasi yang saya dapat, pemberian ASIP menggunakan dot tidak disarankan karena akan menyebabkan bayi bingung puting, bayi tersedak dan lain-lain. OK sip. Saya beli cup feeder, cobain ke Ziva, sukses ditolak. Coba pakai botol sendok, gagal juga. Beli pipet plastik, tetap Ziva nggak mau. Akhirnya saya menyerah. Beli botol dot. Ya, terserah orang-orang di luaran sana mau bilang apa, karena saya akhirnya menyerah pada botol dot.
Awal-awalnya Ziva mau minum ASIP pakai botol dot. Selang beberapa hari dicoba lagi eh dia nggak mau. Saya pun makin galau harus pake alat bantu apa lagi supaya Ziva mau minum ASIP dan nggak merepotkan orang yang nanti memberikan ASIP-nya. Sehari sebelum saya masuk kerja, sengaja saya dan suami pergi keluar supaya Ziva mau latihan minum ASIP pake botol dot dengan ibu saya. Begitu saya pulang, ibu saya cerita kalau Ziva mau minum 100 ml ASIP dari botol dot. Sorenya saya coba nyusuin Ziva, Alhamdulillah Ziva nggak bingung puting, masih mau menyusu langsung ke saya. Besoknya, ketika saya sudah masuk kerja, Ziva mau minum ASIP 3 x 100 ml selama saya kerja. Malamnya Ziva mau menyusu langsung ke saya.
Saya juga melibatkan suami dalam mendukung ASI Eksklusif untuk Ziva. Suami belajar bagaimana cara menghangatkan ASIP dan memberikan ASIP untuk Ziva. Suami saya pekerjaannya IT freelance, bekerjanya dari rumah sehingga waktunya lebih banyak di rumah bersama Ziva daripada saya. Kalau stok ASIP menipis, suami yang mengingatkan supaya saya meningkatkan frekuensi memompa.
Enam bulan pertama saya konsisten memompa ASI di rumah sebanyak 2 kali yaitu malam sebelum tidur dan pagi sebelum berangkat kerja dan di kantor minimal 1 kali, bisa 2 kali kalau ada waktu. Jangan dibayangkan di kantor tempat saya bekerja tersedia ruang khusus untuk memompa, berpendingin, sofa empuk dan alat steril. Itu semua cuma mimpi ๐ Ada kursi, colokan listrik, kulkas dan kelonggaran waktu untuk memompa saja sudah bersyukur. Mau tau gimana kondisi tempat saya dulu suka mompa ASI?
Ini lokasinya di gudang tempat menyimpan kardus-kardus bekas. Kalau memompa setelah makan siang sih masih santai karena di ruang sebelah masih ramai oleh teman-teman yang sedang kumpul makan siang. Horor itu kalau mompa jam 4 atau 5 sore. Pernah lagi kondisi sunyi sepi, tiba-tiba ada beberapa kardus jatuh dari rak. Mau kabur tanggung ASI lagi deras. Akhirnya hanya bisa pasrah sambil komat-kamit baca doa, hahaha…
Produksi ASIP saya memang nggak berlimpah seperti ibu-ibu lain yang stok ASIP-nya bisa sampai 3 freezer. Sering juga kejar tayang. Untung jarak dari rumah ke kantor hanya 15 menit pakai motor. Jadi seringnya ASIP hasil dari memompa siang hari langsung diantar ke rumah oleh OB kantor.
Umur 5 bulan Ziva pernah dirawat di rumah sakit karena infeksi bakteri di saluran pencernaan. Dugaan saya mungkin berasal dari botol-botol ASIP dan botol dot yang kurang bersih dalam pencuciannya. Dulu memang urusan mencuci peralatan ASIP, saya serahkan ke ART.
Walaupun dengan stok ASIP yang pas-pasan, saya bertahan Ziva harus ASI eksklusif 6 bulan. Ziva memang sempat minum beberapa jenis obat ketika sakit, tapi selain itu Ziva hanya minum ASI. Belum pernah minum susu formula, air putih, madu dan sari kurma apalagi makan pisang, bubur, dan lain-lain sebelum usianya 6 bulan.
Masa Pemberian ASI Usia 6 Bulan-18 Bulan
Memasuki usia 6 bulan, Ziva saya perkenalkan dengan MPASI alias makanan pendamping ASI. Waktu itu MPASI pertama Ziva adalah puree alpukat. Sampai sekarang jus alpkuat menjadi salah satu minuman favoritnya.
Masuk umur 12 bulan, saya coba memberikan susu formula untuk Ziva karena produksi ASIP saya terus turun. Jadi jadwalnya pagi sebelum saya berangkat kerja, Ziva menyusui langsung dengan saya. Sekitar jam 10 pagi, minum stok ASIP. Sore bangun tidur minum susu formula. Malam saya pulang kerja sampai pagi menyusui langsung dengan saya. Pola ini berjalan sampai Ziva usia 18 bulan.
Masa Pemberian ASI Usia 18 Bulan-2 Tahun
Sejak Ziva umur 18 bulan, saya sudah nggak memompa ASIP lagi di kantor. Jadi Ziva hanya menyusu langsung dengan saya pagi sebelum berangkat kerja, malam sayaย pulang kerja sampai pagi dan Sabtu-Minggu saat saya libur kerja. Kalau saya kerja, siang-siang Ziva ya minum susu formula dan susu cair dalam kemasan. Masuk usia 19 bulan Ziva sudah nggak mau lagi minum susu formula plus nggak mau ngedot lagi.
Menjelang Ziva usia 2 tahun, saya sempat galau, apakah akan menyapih Ziva atau lanjut terus menyusui, istilah kerennya extended breastfeeding. Sebenarnya kalau di hari kerja dari pagi sampai sore, sejak masih ASI eksklusif, Ziva memang nggak menyusui langsung karena saya kerja. Tapi kalau saya libur pasti menyusui langsung. Sejak saya stop memompa di usia Ziva 18 bulan, praktis Ziva sudah nggak minum ASIP kalau saya bekerja. Tapi kalau saya pulang kerja sampai besok paginya, Ziva masih menyusui langsung. Jadi, PR sebenarnya bagaimana menyapih Ziva di malam hari dan kalau saya libur alias di rumah saja.
Tren ibu-ibu sekarang nih kalau menyapih ada istilahnya WWL (weaning with love) alias menyapih dengan cinta. Kalau zaman saya kecil, menurut ibu saya, karena saya masih menyusu sampai umur 3,5 tahun, akhirnya pakai cara โkekerasanโ. Puting ibu saya katanya dioles dengan brotowali supaya pahit dan saya nggak menyusu lagi. Itโs work :D. Kalau dengan Ziva, saya punya istilah menyapih dengan ikhlas ?
Pengalaman saya berhasil menyapih Ziva antara lain kita sebagai ibu harus ikhlas alias legowo ๐ Kalau ibunya belum ikhlas dan masih melow ya harus diikhlaskan kan kalau anak sudah nggak menyusu lagi dengan kita. Selain itu faktor lainnya adalah konsisten. Waktu itu saya sempat kecolongan menyusui Ziva lagi dimasa penyapihan. Harusnya sih konsisten ya. Sekali berhenti menyusu ya berhenti. Kalau nggak konsisten kasihan anaknya juga. Nanti dia jadi bingung.
Raja tega. Mendengar anak rewel, nangis jerit-jerit minta menyusu, ibunya harus jadi raja tega kalau sudah berniat untuk menyapih. Jangan terus jadi luluh *kayak saya* ๐ Oiya, dukungan suami juga penting lho. Harus kompak dengan suami kapan waktunya anak mau disapih. Waktu Ziva dalam masa penyapihan pas banget sedang trip ke Singapura. Suami sempat complaint, kenapa sih pas lagi jalan-jalan pas lagi waktunya nyapih. Jadi waktu pas di Singapura itu Ziva lagi rewel-rewelnya. Kombinasi antara sedang sakau karena proses sapih, nggak nyaman berada di lingkungan baru dan capek.
Alhamdulillah saya bisa menuntaskan kewajiban saya untuk memenuhi hak Ziva mendapatkan ASI selama 2 tahun. Walaupun masih banyak hal yang jauh dari sempurna. Di luaran sana banyak ibu yang bertahan hanya memberikan ASI saja sampai 2 tahun tanpa memberikan susu formula atau susu cair kepada anaknya. Saya acungkan jempol kepada ibu-ibu tersebut ๐
Akhir kata, menurut saya penentu keberhasilan seorang ibu bekerja bisa sukses memberikan ASI eksklusif 6 bulan dan terus sampai 2 tahun atau lebih, harus ada support system yang baik di lingkungan rumah maupun di kantor. Kalau di rumah bisa berupa dukungan dari suami dan bantuan dari ART (asisten rumah tangga) yang ikut menjaga anak kita saat kita di bekerja di luar rumah. Kalau di kantor dengan diberikannya kelonggaran waktu untuk bisa memompa ASI, boleh numpang menyimpan ASIP di kulkas kantor, disediakan ruang kosong agar karyawan wanita bisa memompa ASI sampai OB kantor yang mau diminta tolong untuk bolak-balik ke rumah antar ASIP itu menurut saya sudah cukup.
Semoga semakin banyak ibu-ibu di Indonesia yang walaupun bekerja di luar rumah tetap bisa memberikan cairan kehidupan anugerah dari Tuhan yang luar biasa ini untuk anak-anaknya di rumah. Seorang ibu, yang bekerja di luar rumah atau ibu yang tidak bekerja di luar rumah tetaplah seorang ibu yang pasti akan memberikan yang terbaik untuk buah hati tersayang.
Salam,
hihi… baca bagian awal2 jadi mesem2.. teringat kembali memori waktu anak pertama dulu mba. Iya beli pompa udah lama malah saya baru pumping seminggu sebelum kerja. Mana Bintang juga drama banget, ga mau segala macam alat, pipet, sendok, feding, dot. ah sampai akhirnya pura2 ditinggal deh padahal sayanya ga kemana2 cuma nongkrong di pos ronda sekitar 3 jam… hihi. SEsuatu banget deh waktu itu. Perjuangan ibu bekerja memang lucu juga ya mba kalau dikenang
Salut semangatnya Mba.
Terima kasih sudah mampir Mbak Ira ๐