D-3
Pagi-pagi sebelum sarapan, saya dan Kk jalan-jalan di pantai belakang hotel. Belum separuh jalan, mendadak saya sakit perut, terpaksa kembali ke hotel deh π Selesai urusan perut di toilet serta sekalian mandi, saya dan Kk memutuskan untuk sarapan.
Sebelum kembali ke kamar, saya sempatkan mengambil foto suasana di Mascot Beach Hotel yang membuat saya jatuh cinta π
Rencana utama kami hari itu adalah apalagi kalau bukan ke Gili Trawangan π Destinasi paling terkenal di Lombok. Orang bilang belum ke Lombok kalau belum singgah ke Gili Trawangan π Rute dari hotel tempat kami menginap menuju Pelabuhan Bangsal, pelabuhan tempat akan menyeberang ke Gili Trawangan melewati sebuah lokasi yang menurut Pak Zuhri bagus untuk foto-foto. Maka mampirlah kami sejenak di tempat yang bernama Bukit Malimbu. Benar kata Pak Zuhri, lokasinya memang ajiiiiib…Garis pantai Senggigi yang memanjang, birunya laut dan hijaunya bukit-bukit semua jadi kesatuan yang menarik di Bukit Malimbu.
Perjalanan kami dari Senggigi ke Pelabuhan Bangsal memakan waktu sekitar satu jam itu pun karena pake acara fo. to-foto dulu di Bukit Malimbu. Tiba di gerbang pembayaran retribusi seharusnya mobil diparkir di parkiran dekat gerbang tersebut, tapi Pak ZuhriΒ bernegoisasi dengan petugas agar mobil boleh masuk sampai Pelabuhan Bangsal. Akhirnya mobil pun diizinkan masuk sampai Pelabuhan Bangsal setelah kami membayar biaya tambahan π
Tiket kapal yang akan membawa kami ke Gili Trawangan seharga 12500 per orang. Sekitar jam 8.45 kapal berisi puluhan penumpang yang kami naiki pun melaju menuju Gili Trawangan. Hanya sekitar 30 menit, kami sudah tiba di Gili Trawangan. Saya dan Kk pun segera mencari-cari tempat yang mempunyai paket snorkeling. Paket snorkeling yang kami ambil seharga 160rb per sudah termasuk sewa snorkeling gear, live vest, makan siang plus minuman di Gili Air dan sewa kapal untuk snorkeling. Rute snorkeling dari paket yang kami ambil berada di sekitar Gili Trawangan, Gili Air dan Gili Meno yang dimulai dari jam 10.00 sampai jam 16.00. Tapi karena takut kesorean, kami bilang ke petugas loket kalau setelah makan siang kami tidak meneruskan perjalanan ke Gili Meno, dari Gili Air kami akan langsung kembali ke Pelabuhan Bangsal. Petugas loket sih mengizinkan dengan catatan hal tersebut tidak mengurangi biaya. Saya dan Kk pun setuju. Sambil menunggu giliran naik ke kapal, kami dibagikan masing-masing satu set snorkeling gear yang kondisinya cukup bagus. Saya memang nggak membawa snorkeling gear milik saya karena repot, jadinya ya harus sewa. Lagian honeymoon kok manggul-manggul tas isi snorkeling gear πΒ Di antara puluhan wisatawan yang juga menunggu untuk naik ke kapal, saya perhatikan hanya sedikit yang bukan orang bule π Ketika di kapal pun, saya dan Kk digabungkan dengan dua pasang wisatawan asing dan dua orang Indonesia.
Spot snorkeling pertama menurut saya kurang OK, selain banyak terumbu karang yang sudah mati, jumlah ikannya pun nggak banyak dan arusnya cukup kencang. Rombongan kami pun nggak lama snorkeling di spot pertama.
Di spot kedua, walaupun terumbu karang cukup banyak juga yang sudah mati tapi jumlah ikannya lebih banyak dan bervariasi daripada di spot pertama. Arusnya pun nggak terlalu kencang. Mata seger banget melihat ikan warna-wani berseliweran di sekitar saya. Sudah lama banget saya nggak snorkeling, mungkin snorkeling gear saya pun sudah bulukan π Sebelum snorkeling di Gili Trawangan dan Gili Air ini, saya terakhir snorkeling di kawasan Amed, Bali Timur bersama adik dan kakak sepupu saya. Kk pun sepertinya sangat menikmati snorkeling perdananya kali ini π *kapan-kapan kita snorkeling di Wakatobi ya sayang :D*
Rasanya berat banget untuk meninggalkan ikan-ikan cantik di bawah laut Gili Air ketika melihat aba-aba dari pemandu agar kami segera naik kembali ke kapal π Tapi apa daya waktu kami terbatas, mau nggak mau kami harus mengikuti instruksi pemandu karena kami harus menuju Gili Air untuk makan siang. Tiba di Gili Air, kami dipandu untuk menuju sebuah cafe yang sudah bekerja sama dengan operator penyelenggara snorkeling yang kami ikuti. Saya dan Kk memilih menu nasi plus ayam rica-rica, jus semangka, jus jeruk serta capcay sebagai tambahan. Di cafe tersebut saya dan Kk sempatkan untuk mandi mumpung ada toiletnya ada air tawar. Selesai makan dan membayar capcay karena tidak termasuk di dalam paket, kami segera menuju loket di dekat dermaga untuk membeli tiket penyeberangan menuju Pelabuhan Bangsal. Sayangnya, jadwal keberangkatan kapal dari Gili Air ke Pelabuhan Bangsal siang itu masih lama. Kami harus menunggu sekitar satu jam.
Alhamdulillah rezeki nggak kemana, kami bertemu dengan seorang bapak beserta tiga orang rekannya yang sudah menyewa sebuah kapal untuk mengantar mereka ke Pelabuhan Bangsal. Bapak ini menawarkan kami untuk ikut bersama di kapal yang sudah disewanya. Setelah yakin bahwa si bapak dan rekan-rekannya memang akan turun di Pelabuhan Bangsal, saya dan Kk pun ikut naik ke kapal menyusul mereka. Ini sih judulnya pergi bayar, pulang gratis π Di kapal kami berbincang-bincang dengan rombongan si Bapak. Ternyata mereka berasal dari Jakarta, sedang mengisi seminar kewirausahaan di Mataram, di Gili Air mereka hanya menginap semalam. Tiba di Pelabuhan Bangsal, setelah mengucapkan terima kasih kepada si Bapak dan rombongan, saya dan Kk bergegas menuju parkiran tempat Pak Zuhri memarkirkan mobilnya. Sebelum melanjutkan perjalanan kami terlebih dahulu sholat di sebuah musholla di Pelabuhan Bangsal.
Tujuan berikutnya adalah Mataram untuk mencari oleh-oleh. Untuk menuju Mataram kami melalui jalur lain yaitu daerah Pusuk yang terkenal dengan habitat monyetnya. Sebenarnya dari Pelabuhan Bangsal ke Mataram bisa lewat Senggigi, hanya saja Pak Zuhri sengaja melalui rute Pusuk supaya kami bisa mampir. Kami sempat mampir sebentar, niat mau foto bareng monyet-monyet tersebut gagal total. Monyetnya galaaaak πΒ Saya hanya sempat mengambil foto dua ekor monyet yang kebetulan ada di menara pandang, itu pun dari jarak jauh, jadi kameranya yang saya zoom π
Β Di Mataram, Pak Zuhri mengajak kami ke pusat oleh-oleh kaos khas Lombok namanya Gandrung. Kalau di Jogja sih seperti Dagadu atau Joger di Bali. Cukup lama juga saya dan Kk muter-muter di dalam tokonya. Beres belanja di dalam toko, tukang jualan perhiasan dari mutiara di emperan toko menjadi sasaran saya π Kk cuma geleng-geleng aja melihat saya kalap memilih-milih barang dagangan si abang penjual. Akhirnya satu kalung dan dua belas bros sukses masuk ke dalam tas saya π Saya bilang ke Kk pengen beli kartu pos. Maka kami pun meminta Pak Zuhri menuju Gramedia Mataram yang baru buka. Siapa tahu di sana menjual kartu pos. Ternyata Gramedia Mataram nggak menjual kartupos, hiks. Kami pun memutuskan untuk menuju rumah makan yang menyajikan ayam taliwang rekomendasi Pak Zuhri yang berada di daerah Cakranegara. Ketika melewati Mal Mataram, kami melihat plang Toko Buku Karisma, kemudian meminta Pak Zuhri untuk masuk ke parkiran mal tersebut. Tiba di rak yang memajang kartupos di Toko Buku Karisma, saya pun kembali kalap π Puluhan kartupos pun sukses memenuhi tas saya π *maapkeun istrimu ini ya Kak*
Menjelang magrib, kami tiba di Rumah Makan Taliwang Irama. Sambil menunggu pesanan makanan, saya dan Kk bergantian sholat magrib. Nggak pake lama, pesanan kami yang terdiri dari ayam taliwang, plecing kangkung, tahu-tempe goreng dan sambal terong ludes des des. Saya hanya menyisakan sambalnya saja karena memang sejak sakit GERD saya mengurangi makanan pedas. Suer deh, ayam taliwang dan plecing kangkungnya bikin ketagihan π Nyammmm….
Selesai makan, kami tergoda untuk belanja kaos lagi yang dijajakan pedagang di pintu keluar rumah makan Taliwang Irama π Sampai di daerah Senggigi pun sebelum kembali ke hotel saya masih mencari kartupos di toko souvenir (lupa namanya) yang informasinya saya peroleh dari teman yang belum lama dari Lombok. Borong kartupos lagi deh, walaupun harganya sedikit lebih mahal dari yang saya beli di Toko Buku Karisma π
to be continued
Salam,