Dulu waktu Ziva belum lahir, masa-masanya saya lagi heboh belanja perlengkapan bayi, stroller sempat masuk daftar belanja perlengkapan bayi yang mau dibeli. Pernah juga request kado lahiran ke adik saya, minta beliin stroller aja, sampai saya bikin daftar beberapa stroller berserta plus minusnya. Tapi sampai sekarang Ziva umur 1,5 tahun nggak beli-beli juga strollernya *LOL*
Buat saya sih keberadaan stroller bukan suatu keharusan, jadi antara perlu dan nggak perlu. Perlu kalau kita lagi ada keperluan ke luar rumah seperti kondangan, liburan. Nggak perlu ya kalau kita di rumah aja, nggak kemana-mana.
Jadi ini 5 alasan saya nggak beli stroller.
1. Bisa sewa/ pinjam
Sekarang ini rental peralatan bayi banyak banget. Mulai dari stroller, mainan, pushwalker, bouncer, dan masih banyak lagi. Harganya pun bervariasi. Jadi alternatif kalau kita nggak punya baby gear dan perlunya sekali-sekali aja seperti stroller bisa sewa. Syukur-syukur kalau ada yang mau kasih pinjam 😀 Saya pernah sewa stroller waktu Ziva umur 3 bulanan. Waktu itu sewa di Balitaku, Bandung. Merknya kalau nggak salah Baby Elle. Saya juga pernah pinjam stroller teman kantor waktu mau ke acara nikahan saudara di Jakarta.
Saya juga pernah pinjam stroller ke teman kantor waktu ada acara nikahan sepupu di Jakarta.
Saat ke Jogja kemarin, saya sempat sewa stroller I Sport Cocolatte di Rental Bayi Yogya. Eh Ziva nggak betah. Mungkin karena nggak biasa duduk di stroller 😀
Berhubung kami belum punya mobil pribadi, jadi kalau kemana-mana ya naik motor. Belanja bulanan ke supermarket naik motor, ke pasar naik motor. Kalau pergi yang agak jauh misal ke mall di Bekasi, naik motor sampai ke tempat penitipan motor lanjut naik elf. Kalau mau mudik ke Bandung, dari rumah tinggal manggil ojek sampai pool bis Primajasa. Jadi ribet aja gitu bawa-bawa stroller (walaupun sudah dilipat) naik motor atau naik kendaraan umum. Belakangan saya tahu ada model stroller yang kalau dilipat jadi ringkes banget, bisa dijinjing dan harganya di bawah 2 juta. Tapi karena sudah nggak ada niatan beli stroller ya cukup tahu aja lah hehehe…..
3. Jarang bepergian
Kami termasuk jarang bepergian. Kalau weekend lebih sering di rumah. Mudik ke Bandung kalau ada long weekend doang. Main ke mall yang jauh seperti di Bekasi atau Jakarta termasuk jarang banget. Jadi ya ngapain beli stroller.
4. Rumah sempit
Rumah yang kami tempati di Cikarang saat ini ukurannya nggak terlalu luas. Nggak ada gudang pula. Ukuran kamar-kamarnya pun sempit 😀 Jadi tambah bikin males beli stroller. Bingung nyimpennya dimana *LOL*
5. Dapat warisan
Nah ini yang nggak disangka-sangka. Tiba-tiba kolega saya ada yang nawarin stroller bekas anaknya merk PegPerego. Waktu Ziva umur 7 bulanan lah. Setelah diskusi dengan suami akhirnya saya terima tawaran kolega saya itu. Eh ternyata dapat bonus car seat. Bingung mau disimpen di mana lagi. Secara belum punya mobil pribadi. Kalau stroller-nya hanya dipakai di rumah aja sih. Keluar rumah paling di sekitaran rumah aja yang dekat-dekat. Soalnya modelnya yang besar gitu, jadi repot juga mau dibawa pergi jarak jauh. Sekarang car seat dan stroller-nya malah nganggur.
Jadi sebenarnya sih balik lagi ke kita sih, apakah stroller itu barang yang “must to have” atau “nice to have”. Banyak kok stroller yang harganya terjangkau, tapi kan ya ada harga ada rupa lah ya. Nah saya kan tadinya pengen punya stroller dengan spesifikasi tertentu, yang harus bisa begini, harus bisa begitu, tapi pas liat harganya bikin mikir lama sampai akhirnya malah nggak jadi beli sama sekali 😀
Salam,