Lebih dari Sekedar Cantik : Nusa Tenggara Timur (5)

Lebih dari Sekedar Cantik : Nusa Tenggara Timur (5)

Hari ke-5 (Ruteng-Labuan Bajo-Pulau Rinca) – Sebelum menuju Labuan Bajo kami mampir ke Gereja Katedral Ruteng gedung baru dan Gereja Katedral Ruteng gedung lama. Kedua gereja katedral ini nampak gagah berlatar belakang Gunung Golongtede yang tak kalah gagah serta berpayung awan kebiruan.

51IMG_2614

Perjalanan kami lanjutkan ke Situs Liang Bua, tempat ditemukannya kerangka Homo Floresiensis pada tahun 2001. Homo Floresiensis dikenal juga sebagai hobbit, mempunyai tinggi badan hanya sekitar 1 meter. Keturunannya sampai sekarang masih bisa kita temui, namun mereka sudah tidak tinggal di gua. Sejak tahun 1965 mereka sudah tinggal di rumah biasa. Saat ini keturunan Homo Floresiensis ada sekitar 100 orang. Salah satu yang kami temui adalah Pak Victor.

556260

67Cerita tentang manusia hobbit dari Situs Liang Bua ini pernah dimuat dalam sebuah buku yang berjudul The Discovery of The Hobbit.

63Dari Liang Bua, kami menuju lokasi dimana terdapat sawah berpola circle crop. Menurut cerita bapak penjaganya, pola ini merupakan turun temurun dari nenek moyang mereka.

6871Sengatan udara panas menyambut saya dan empat teman seperjalanan saat tiba di Labuan Bajo, setelah menempuh enam jam perjalanan darat dari Ruteng. Namun, panasnya Labuan Bajo sore itu tidak menyurutkan gairah kami untuk menuju negeri sang naga purba alias komodo the dragon kalau kata orang bule 😀

Perjalanan overland kami pun berakhir di Labuan Bajo karena selanjutnya kami berencana melakukan sailing trip dengan tinggal di atas kapal selama tiga hari dua malam alias live on board. Tujuan kami tak lain adalah untuk melihat hewan reptil yang pertama kali ditemukan pada tahun 1911 ini di habitatnya langsung di Pulau Rinca dan Pulau Komodo. Selain di Pulau Rinca dan Pulau Komodo, komodo juga dapat dijumpai di Pulau Gili Mota dan Nusa Kode.

Kami menyewa kapal berukuran sedang milik seorang keturunan Bugis Bone bernama Pak Marjuki. Pak Marjuki ini sudah sejak umur 8 tahun tinggal di Labuan Bajo. Kapal yang kami sewa mempunyai nama yang cukup unik yaitu Be’es, menurut Pak Marjuki merupakan singkatan dari berdoa engkau selalu. Kapal bergerak menuju Pulau Rinca dengan kecepatan sedang di bawah kendali Pak Marjuki, sang kapten. Semilir angin dan senja yang perlahan menyapa horizon menemani kami yang duduk-duduk di bagian depan kapal. Pulau Rinca dapat ditempuh selama 2 jam dari Labuan Bajo.

Malam pertama sailing trip kami habiskan di atas kapal dekat dermaga Loh Buaya, Pulau Rinca agar keesokan hari bisa langsung turun ke dermaga. Kapal yang kami sewa dinahkodai oleh seorang muslim, jadi tidak sulit untuk menanyakan arah kiblat selama di kapal karena saat itu saya lupa membawa kompas.

77 78 79 80 82(bersambung)

Salam,

signature citandy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *