Dulu waktu Multiply masih eksis, saya punya blog di sana. Sempat posting tentang penyakit GERD yang saya derita sejak 2012. Ketika ada isu-isu Multiply bakal tutup, saya memindahkan semua postingan saya ke sini. Termasuk postingan tentang GERD. Eh ndilalah saking lamanya nggak buka-buka blog lama saya itu, saya lupa username dan password untuk login-nya. Padahal dari notifikasi di email, ada beberapa orang yang menanyakan perihal penyakit ini. Karena saya nggak bisa bales dari blog, jadi saya bales langsung ke email pengirim. Maka dari itu, sebagai pengingat bahwa saya pernah mengalami suatu masa yang benar-benar bikin tersiksa karena penyakit ini dan memudahkan bila ada yang ingin tanya-tanya, postingan dari blog lama saya itu saya copy di sini.
Setelah 3 kali bolak balik masuk UGD, 3 kali opname dan menjalani serangkaian pemeriksaan karena di suatu malam tiba-tiba gue merasa detak jantung gue cepat banget dan gak beraturan disertai tangan serta kaki kiri kesemutan dan keringat dingin plus pusing berat akhirnya dokter memvonis gue terkena GERD. Wew, namanya aja gue baru denger. Walaupun namanya terdengar keren, tapi pada kenyataannya hidup dengan GERD ini gak sekeren namanya. Tulisan ini sekedar sharing aja sih mengenai pengalaman gue selama beberapa bulan ini hidup bersama GERD.
Jenis-jenis masalah lambung dan gejalanya
GASTRITIS—Penyebab terlalu banyak mengkonsumsi minuman beralkohol, penggunaan obat-obat anti peradangan non-steroid jangka panjang seperti aspirin atau ibuprofen, infeksi bakteri H. Pylori, dan dari makanan yang terlalu asam dan pedas.
GERD—GERD singkatan dari gastro esophageal reflux disease, merupakan kejadian refluks/regurgitasi isi lambung yang berupa asam lambung naik ke atas (aliran balik dari lambung ke kerongkongan) sampai ke kerongkongan (esofagus). Aliran balik ini akan menyebabkan luka pada kerongkongan
TUKAK LAMBUNG—Tukak lambung adalah luka di dalam lambung akibat asam lambung berlebih yang menyebabkan mukosa (lapisan lambung) menipis dan menyebabkan luka. Penyebabnya karena asam lambung tinggi dan bakteri H. Pylori.
Apa gejala orang terkena GERD?
Gejala yang timbul berupa rasa panas yang menjalar dimulai dari dada dan bisa menjalar ke leher, tenggorokan, atau sudut rahang bawah. Gejala juga bisa dirasain kayak ada yang mengganjal di dada dan kerongkongan. Karena itu gejala ini juga disebut heartburn. Walaupun disebut heartburn, bukan berarti gejala tersebut disebabkan karena kelainan pada jantung. Namun, GERD bisa memicu adanya gangguan ritme pada jantung. Hal ini disebabkan oleh iritasi saraf atau nervus vagal yang berjalan di samping kerongkongan terus ke bawah melewati lambung oleh makanan bercampur asam lambung yang naik ke atas (regurgitasi). Gangguan ritme ini dirasakan seperti jantung berdebar-debar. Selain gangguan ritme jantung, gejala yang umum terjadi adalah perasaan cemas yang bertubi-tubi, panic attack, nyeri di area dada, keliyengan, muntah-muntah, mual, tiba-tiba badan terasa ringan seperti mau pingsan, tangan dan kaki kesemutan serta keluar keringat dingin. Gejala-gejala yang gue rasain sebelum akhirnya dokter memvonis gue terkena GERD.
Gimana bisa tau kalo kita kena GERD ato bukan?
Oya, untuk menyingkirkan kemungkinan keluhan berasal dari jantung, bisa dilakukan pemeriksaan yang gak invasif dan gak mahal yaitu perekaman aktivitas listrik jantung (EKG-elektrokardiografi). Kalo setelah pemeriksaan EKG gangguan ritme jantung masih dirasakan, bisa dilakukan USG jantung (Echo), untuk melihat apakah ada penebalan jantung yang berpotensi jantung koroner. Harga pemeriksaan Echo ini mahal banget, hiks…Waktu itu tarif cek Echo sekitar 600.000 rupiah, Alhamdulillah tercover asuransi kesehatan yang gue ikutin karena pada saat gw cek Echo gw lagi pas rawat inap. Waktu itu hasil dari hasil cek Echo, dokter bilang jantung gue normal. Tapi gue masih merasakan gak nyaman. Kemudian dokter mengecek kadar tiroid dalam darah gue. Karena ternyata ciri-ciri orang terkena hipertiroid juga ada gangguan ritme jantung menjadi cepat. Hasil cek tiroid, semua normal, gue gak menderita hipertiroid. Karena masih penasaran, dokter nyuruh gue cek holter. Holter adalah pengecekan ritme jantung semacam EKG tapi dilakukan selama 24 jam. Gue melakukan holter di Pusat Jantung Terpadu RSCM. Biaya holter 400.000 rupiah (kali ini keluar dari kocek gue sendiri, gak dicover asuransi, hiks) dan biaya jaminan 1 juta rupiah (dikembaliin kalo cek holter selesai). Gue cek holter di PJT RSCM pas banget di hari ulang tahun gue…What a lovely birthday hehehe…. Hasil holter masih menunjukkan kalo jantung gue normal. Tapi gue masih merasakan gak nyaman di bagian dada. Akhirnya dokter nyuruh gue melakukan endoskopi. Berhubung di rumah sakit deket kosan gak ada fasilitas untuk endoskopi, gue dirujuk ke RS Mitra Bekasi Timur.. Alhamdulillah gue cek endoskopi dicover asuransi, kalo nggak, gw bakalan ngeluarin uang 2,9 juta untuk biaya endoskopi dan 500 ribu rupiah untuk sewa ambulance *bisa nangis di pojokan sambil ngais-ngais tanah hehehe….* Setelah endoskopi baru deh ketauan kalo biang kerok gangguan ritme jantung gue dan segala macam keluhan yang gue rasain itu dari asam lambung. Jadi kalo ada yang punya gejala-gejala mirip seperti yang gue alami, sebaiknya segera diperiksakan ke dokter agar jelas sumber penyakitnya dari mana.
Apa sih penyebab GERD?
Asam lambung yang tinggi menyebabkan cincin antara lambung dan kerongkongan atau LES (Lower Esophageal Sphincters) tidak bekerja dengan baik. Selain itu penyebab GERD bisa juga dari obesitas, setelah makan langsung tidur, tidur terlentang, merokok, minuman beralkohol, stress
Apa beda GERD dengan penyakit gastritis dan tukak lambung?
Gejala orang kena gastritis dan tukak lambung hampir mirip seperti sakit/ nyeri di bagian lambung, sering bersendawa, susah untuk kentut, sesak nafas, mulut kering atau malah produksi air liur berlebih, dan lemas, mual, kembung, cepat kenyang, rasa cemas berlebih, kurang nafsu makan, muntah, diare, ada rasa sakit/ gak nyaman di ulu hati. Kalo GERD adalah penyakit saluran cerna bagian atas yang terjadi karena asam lambung dengan derajat keasaman tinggi naik ke kerongkongan. Perbedaan khusus antara sakit lambung lainnya dengan GERD adalah pada penderita GERD akan ada rasa seperti terbakar di bagian belakang tulang dada dan cairan lambung gak cuma sampai ke kerongkongan tapi juga sampai ke mulut (dikenal dengan gejala heartburn). Kerongkongan itu kayak saluran tabung otot yang menghubungkan mulut ke perut. LES itu sebuah cincin otot yang menutup pintu lambung dari kerongkongan saat kita gak makan. Saat kita makan, otot ini mengendur untuk memungkinkan makanan masuk dari kerongkongan ke perut. LES kemudian menutup lagi sehingga makanan di perut tidak kembali ke kerongkongan. Pada kondisi GERD, LES tidak berfungsi dengan baik.
(to be continued)
Kalau dulu, 3 bulan pertama setelah divonis GERD, saya benar-benar menjalani pantangan makanan. Saya nggak mengkonsumsi makanan yang pedas, bersantan, coklat, teh, kacang, roti dan makanan mengandung ragi, susu, keju, mie, minuman bersoda, teh, kopi, es krim. Saya juga menghindari makanan dan minuman yang mengandung bahan tambahan makanan seperti sosis, nugget, minuman dalam kemasan, mie instant. Saya sehari-hari hanya makan bubur ayam tanpa kacang kedelai, kecap dan sambal untuk sarapan, makan siang dan makan malam hanya nasi dan lauk pauk yang nggak pedas, nggak yang asem-asem, nggak bersantan. Bye-bye deh sama masakan Padang, bakso yang kuahnya asem manis pedas favorit, pempek, siomay dan batagor bumbu kacang -_- Selain itu selama hampir 6 bulan saya minum obat Nexium untuk mengurangi asam lambung berlebih di lambung saya yang harganya saat itu mencapai 13 ribuan per butir. Sehari saya harus minum obat itu 3 kali. Efek dari saya hanya makan makanan yang itu-itu saja dan hanya minum air putih, berat badan saya turun 7 kg. Selain obat dokter, saya juga mengkonsumsi kefir dan air alkali.
Beruntung di tengah-tengah keterpurukan dan keputusasaan saya karena GERD, saya dipertemukan dengan orang-orang yang senasib melalui FB grup GIHM (Gastro Intestinal Health Mania) Indonesia. Di grup tersebut, ternyata banyak orang Indonesia yang menderita GERD. Karena mempunyai kondisi yang sama, jadi ya bebas-bebas saja untuk cerita dan curhat mengenai penyakit aneh ini. Kenapa saya bilang aneh. Ya seperti postingan saya sebelumnya itu. Gejala yang timbul seperti orang terkena serangan jantung, ternyata yang sakit malah lambungnya. Ada juga orang yang gejalanya seperti asma ternyata kena GERD. Ada yang sudah bolak-balik masuk UGD dan ICU ujung-ujungnya divonis kena GERD.
Sekarang sih saya sudah jarang kumat GERD-nya. Paling kalau saya terlalu banyak mengkonsumsi beberapa makanan yang dulu saya pantang, akibatnya kadang suka tiba-tiba agak sesak di dada, pusing keliyengan atau mual (_ _!!). Apalagi dulu waktu hamil. Ibu hamil yang bukan penderita GERD aja suka terkena efek heartburn apalagi saya yang punya riwayat GERD.
Untuk orang-orang yang di luaran sana yang masih berjuang dengan GERD, jangan putus asa. Tetap minum obat dari dokter apabila memang harus diminum. Kalau dirasa harus berpantangan makanan, silahkan dijalani demi kesembuhan. Selain itu diusahakan untuk selalu mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa memohon kesembuhan, banyak sedekah, berpikir positif, nggak stress dan jangan banyak pikiran. Bener lho, dari beberapa pengalaman orang, stress dan banyak pikiran bisa menjadi penyebab GERD karena ujung-ujungnya menimbulkan kecemasan berlebih yang jadi pencetus asam lambung berlebih.
Sekian dari saya. Salam GERD 😀
Salam,
Mba…boleh ceritain kisah gerd ketika hamil? Saya penderita gerd sejak tahun 2010…tp jarang kambuh krn saya jaga pantangan banget….sejak hamil, gerd saya kambuh terus sejak trimester pertama walopun saya udah hati2 banget dalam hal makanan…bener2 ujian terberat dalam hidup saya gerd ketika hamil ini…mohon sharenya yah
Saya kena GERD Maret tahun 2012 terapi minum obat 6 bulan. Kemudian hamil sekitar Juli 2013. Alhamdulillah sih saat hamil malah GERD gak kambuh. Waktu hamil saya gak minum susu ibu hamil selain karena memamg lambung saya gak bisa kena susu, aroma susu ibu hamil bikin eneg. Sebagai gantinya saya minum kefir. Apa mbak sudah konsultasi dengan dokter sp kandungan mengenai hal ini? Coba jg sbg alternatif mbak konsumsi kefir (bukan yoghurt). Mungkin di kota tempat mbak tinggal ada yang jual.