Cerita Kelahiran “Zivara Medina Putri Nurhadi”

Cerita Kelahiran “Zivara Medina Putri Nurhadi”

Memasuki minggu-minggu terakhir kehamilan berat badan saya sudah naik 9 kg. Banyak teman saya yang nggak percaya kalau selama hamil berat badan saya cuma naik segitu πŸ˜€ Alhamdulillah ya mungkin karena selama hamil saya masih melakukan pekerjaan rumah tangga walaupun dibantu Kk dan masih naik turun tangga karena ruangan kerja saya di kantor terletak di lantai 2. Berikut sekelumit cerita mengenai kelahiran baby Ziva.

Minggu, 30 Maret 2014

Masih ikutan outing kantor di Waterboom Lippo Cikarang bareng Kk. Bahkan sempet ikutan nyebur di kolam renangnya. Alhamdulillah rezeki nggak kemana, saat acara pembagian doorprize, nomor undian yang saya pegang termasuk yang disebut sebagai salah satu dari pemenang doorprize πŸ™‚

Senin, 31 Maret 2014

Mudik ke Bandung karena memang berencana untuk melahirkan di Bandung.

Sabtu, 5 April 2014

Sabtu pagi bareng KK, kontrol lagi ke Dokter Anita. Posisi janin masih melintang dan plasenta masih menutup jalan lahir sehingga diputuskan untuk dilakukan tindakan operasi caesar pada tanggal 11 April 2014. Sedih juga nggak bisa melakukan persalian normal sesuai harapan saya selama ini. Sempat galau juga sih namun akhirnya saya menyerahkan semuanya kepada Allah SWT.

Minggu, 6 April 2014

Mengunjungi Baby & Kids Fair di Gedung Graha Manggala Siliwangi sekalian jemput adik perempuan saya. Sempat beli kaos kaki, selimut topi dan saputangan handuk di salah satu booth.

Senin, 7 April 2014

Akhirnya cita-cita mau foto perut buncit alias maternity photography kesampaian juga πŸ˜€ *bumil narsis* Sengaja nggak milih studio foto sejuta umat di Bandung alias Jonas Photo, sudah kebayang bakalan penuh banget. Saya dan Kk pun melakukan sesi foto kehamilan di Littlesteps Kidsphotostudio yang terletak Jalan Tanjung no. 15. Berhubung proses edit dan cetaknya memakan waktu sekitar 1 bulan jadi ya harus sabar menanti deh πŸ™‚ Mudah-mudahan hasilnya sesuai seperti yang diharapkan. Beres urusan sesi foto, saya dan Kk beserta orangtua dan adik-adik saya makan siang di Hanamasa Dago. Ceritanya sih traktiran ulang tahun saya πŸ˜€ Dari Hanamasa, kami lanjut ke Yens Baby Shop, niatnya mau cari stroller. Sayangnya, merk dan tipe stroller yang saya mau nggak ada. Alhasil saya malah belanja lagi πŸ˜€ Saya beli lap handuk kecil, krim ruam popok dan sabun cair bayi.

Selasa, 8 April 2014 & Rabu, 9 April 2014

Istirahat di rumah. Kata Kk, mau ngelahirin kok malah jalan-jalan melulu bukannya istirahat πŸ˜€

Kamis, 10 April 2014

Tiba-tiba saja saya pengen makan makanan yang berbahan mie. Kk ngusulin warung lomie di daerah Antapani. Sampai di sana, saya malah pesan yamien manis πŸ˜€ Sedangkan Kk pesan lomie. Setelah itu ke tempat jualan martabak aneka toping JKT 66 Martabak & Mie, pesan martabak manis toping Nutela. Sebelum pulang mampir ke Borma, beli container plastik untuk menyimpan botol ASIP kaca. Malamnya pas mau tidur, saya merasakan perut seperti kram mau haid dan kencang. Saya berdoa supaya jangan sampai pecah ketuban malam-malam. Saya dan Kk juga mengajak ngobrol dede bayi untuk sabar supaya lahirnya sesuai rencana di hari Jumat. Alhamdulillah, rasa kram dan kencang tersebut reda dengan sendirinya sehingga saya bisa tidur.

Jumat, 11 April 2014

Sekitar jam 9 pagi, saya bersama Kk dan orangtua saya berangkat menuju RS Hermina Arcamanik sambil membawa perlengkapan saya, Kk dan dede bayi di dalam tas masing-masing. Tiba di RS Hermina Arcamanik, saya langsung registrasi ulang untuk proses persalinan dan rawat inap. Setelah proses registrasi ulang selesai, kami menuju lantai 2 tempat ruang pemulihan. Saya dan Kk masuk ke ruang pemulihan, orangtua saya menunggu di ruang tunggu. Di ruang pemulihan, dilakukan pengecekan CTG untuk mengukur detak jantung janin dede bayi. Alhamdulillah hasil CTG-nya bagus.

Jam 11.30 orangtua saya pulang dulu ke rumah sekalian menjemput adik perempuan saya. Saya pindah ke kamar rawat inap di lantai 3 sambil menunggu saatnya operasi. Sementara Kk sholat Jumat di masjid dekat rumah sakit. Menjelang jam 2 siang, perawat datang ke kamar untuk memasang infus. Kk, orangtua saya, adik perempuan saya, Wa Uci dan sepupu saya Kak Lea sudah berkumpul kamar rawat inap. Dari kamar rawat inap kami beramai-ramai menuju ruang pemulihan di lantai 2. Di sana saya kemudian berganti pakaian menggunakan pakaian untuk operasi termasuk penutup kepala. Perawat mengatakan Prof. Alex, dokter anak yang saya request sebelumnya nggak bisa hadir untuk pendampingan operasi. Oleh karena itu saya diberi pilihan mau menggunakan dokter anak yang standby atau memilih dokter anak yang lain. Saya memutuskan untuk memilih dokter anak lain yaitu Dokter Nancy.

OLYMPUS DIGITAL CAMERAOLYMPUS DIGITAL CAMERAMenjelang operasi saya semakin deg-degan. Kk terus berada di samping saya, sementara keluarga yang lain menunggu di luar. Saya dan Kk bergenggaman tangan saling menguatkan. Menjelang jam 15.00 saya dipindahkan ke tempat tidur yang akan membawa saya ke ruang operasi. Di ruang operasi, saya dipindah lagi ke meja operasi. Kemudian saya disuruh duduk untuk proses penyuntikan anestesi di bagian pinggang belakang saya. Sambil memeluk bantal dan menahan nafas, saya menahan sakit saat dokter anestesi melakukan penyuntikkan, saya bahkan sempat setengah berteriak karena rasanya benar-benar sakit dan kaget karena rasa sakitnya menjalar sampai ujung jempol kaki. Tak lama kemudian kedua kaki saya terasa berat dan mati rasa. Setelah itu rasanya saya mendengar suara Dokter Anita yang mengatakan bahwa operasi akan segera dimulai. Sepanjang operasi tak henti-hentinya lafaz zikir keluar dari mulut saya yang disertai rasa cemas. Saya sempat merasakan agak sesak sehingga saya diberi tambahan masker oksigen.

Nggak lama kemudian, saya mendengar suara tangis bayi memecah kesunyian ruang operasi. Suara bayi yang selama 39 minggu berada di rahim saya. Saat itu juga hanya kata Alhamdulillaahirobbil’aalamiin yang keluar dari mulut saya diiringi tangis haru. Saya sempat bertanya ke dokter anestesi mengenai kondisi Ziva apakah kondisinya sehat dan anggota tubuhnya lengkap. Dokter anestesi mengatakan bayi saya sedang diperiksa oleh dokter anak. Tak lama seorang perawat membawa Ziva ke dekat saya untuk sekedar ditempel ke puting saya setelah itu langsung dibawa lagi untuk dibersihkan dan diukur-ukur sementara Dokter Anita menjahit luka bekas operasi saya.

Sementara saya masih di ruang operasi, Kk sudah boleh melihat Ziva karena harus melafalkan adzan dan iqamah di telinga Ziva. Kedua orangtua saya pun sudah boleh melihat cucu pertama mereka πŸ™‚

Waktu masih kontrol saat hamil, saya sempat mengutarakan keinginan saya untuk dilakukan proses penundaan pemotongan tali pusar saat melahirkan nanti. Sayangnya keinginan saya nggak bisa terpenuhi karena ditolak oleh Dokter Anita. Padahal saya hanya minta penundaan 3-4 menit saja. Jadi begitu Ziva lahir, tali pusarnya yang saat masih di kandungan terhubung dengan plasenta langsung dipotong.

Setelah selesai dijahit saya dipindahkan ke ruang pemulihan untuk melakukan IMD lanjutan. Tapi ketika Ziva diletakkan di dada saya, bukannya berusaha mencari puting, Ziva malah tidur, hanya tangannya yang memegang-megang puting saya, saya sendiri sudah keburu teler sehingga nggak berusaha mengarahkan Ziva. Proses IMD lanjutan ini berlangsung sekitar 45 menit. Setelah itu saya dibawa ke kamar rawat inap dan Ziva dibawa ke ruang perawatan bayi.

OLYMPUS DIGITAL CAMERAHabis maghrib, Kk sempat pulang dulu ke rumah orangtua saya untuk menguburkan plasenta kemudian kembali lagi ke rumah sakit. Saya bilang ke Kk untuk mengucapkan terima kasih ke plasenta sebelum dikubur karena sudah menemani Ziva selama 39 minggu di dalam kandungan.

20140411_191422

Jam 22.00 Ziva dibawa ke kamar rawat inap saya untuk rawat gabung setelah kami sempat berpisah selama 6 jam.

Sabtu, 12 April 2014

Jam 05.00 perawat membawa Ziva ke ruang perawatan bayi untuk dimandikan. Sekitar jam 08.00 Ziva dibawa kembali ke ruang rawat inap saya. Kegiatan Ziva sepanjang hari sampai malam hanya tidur, nangis, pipis, pup, nyusu. Ya iyalah namanya juga bayi baru lahir πŸ˜€

Sejak siang hari perawat sudah menyuruh saya untuk belajar duduk karena sorenya mau lepas kateter. Sumpah beneran deh untuk belajar duduk saja jahitan bekas operasinya sakit pake banget! Sore hari perawat melepas kateter yang sejak operasi terpasang di saya. Mau nggak mau karena kateter sudah dilepas saya harus ke kamar mandi untuk buang air. Otomatis saya harus belajar jalan. Sabtu malam saya baru berani belajar jalan, itu juga dipaksa oleh Kk. Jangan ditanya sakitnya kayak apa itu luka bekas operasi. Awal-awal belajar jalan, jalan saya kaku kayak robot, kaki cuma diseret-seret.

Minggu, 13 April 2014

Jam 10.00 saya merasakan kalau badan Ziva agak demam dan wajahnya agak kuning. Saya melapor ke perawat bayi. Namun ketika diukur suhu badan Ziva masih di bawah 38 derajat Celcius. Saya masih terus berusaha menyusui Ziva supaya demamnya bisa turun. Sampai sore badan Ziva masih demam, karena saya cemas akhirnya Ziva dibawa ke ruang perawatan bayi untuk ditangani lebih lanjut. Dokter Nancy, dokter spesialis anak yang menangani Ziva sejak lahir akhirnya memutuskan untuk memberikan Ziva obat turun panas karena badan Ziva masih demam.

Ziva 02Ziva 01IMG-20140413-WA0021

Malamnya karena Ziva masih di ruang perawatan bayi, saya nggak bisa menyusuinya langsung. Saya pun berusaha pumping supaya Ziva tetap bisa minum ASI. Butuh perjuangan banget untuk pumping pertama kali. Pumping pertama cuma dapat ASI perah sekitar 15 ml πŸ™ Setelah pumping, saya menitipkan ASIP ke perawat untuk disendokkan ke Ziva.

Jam 11 malam, perawat bayi menyuruh saya untuk pumping lagi karena hasil pumping yang pertama sudah habis. Ziva harus terus mendapatkan asupan cairan karena sampai malam badannya masih demam. Perawat bayi bilang kalau hasil pumping saya harus minimal 30 ml karena jika kurang, Ziva harus dibantu dengan susu formula (dengan catatan akan diminta persetujuan dari saya dan Kk selaku orangtua Ziva) supaya Ziva nggak dehidrasi dan berat badannya nggak turun lebih dari 10% berat badannya sewaktu lahir. Saat itu berat Ziva sudah turun 8,9% dari beratnya waktu lahir. Bayi-bayi yang lahir memang akan mengalami penurunan berat badan di hari-hari pertama kelahirannya tapi nggak boleh lebih dari 10%. Ditambah lagi kondisi ZIva yang agak kuning.

Malam itu ada dokter jaga yang datang ke kamar saya untuk memberi informasi mengenai kondisi Ziva. Dokter tersebut menyarankan pemberian susu formula dan antibiotik untuk penanganan Ziva. Tentu saja saya menolak keras Ziva mendapat asupan susu formula dan antibiotik. Maka dibantu Kk, saya berusaha sangat keras untuk mendapatkan ASIP yang banyak. Alhamdulillah malam itu hasil pumping dapat sekitar 40 ml walaupun pumping sambil nangis-nangis karena memikirkan kondisi Ziva. Kk pun langsung mengantarkan ASIP untuk Ziva ke ruang perawatan bayi sambil saya titipkan pesan untuk perawat bayi supaya Ziva jangan diberi antibiotik.

Senin, 14 April 2014

Jam 5 pagi, saya dibangunkan oleh perawat bayi untuk pumping lagi karena ASIP yang semalam sudah habis. Alhamdulillah hasil pumping subuh-subuh dapat sekitar 30 ml.

Jam setengah 7 pagi, perawat memberi tahu saya dan Kk bahwa suhu badan Ziva pagi itu 37,6 derajat Celcius dan badannya masih agak hangat. Ziva akan diantar ke kamar rawat inap saya supaya bisa menyusui langsung untuk membantu menstabilkan kondisi Ziva. Jam 8 pagi Ziva diantar ke ruangan rawat inap saya. Kondisinya sudah membaik walaupun kadar bilirubinnya masih 10,3 tapi menurut Dokter Nancy, Ziva sudah boleh pulang. Alhamdulillah πŸ™‚ Setelah menyusu, Ziva dibawa lagi ke ruang perawatan bayi untuk dilakukan tes pendengaran, pemberian vaksin polio dan pemeriksaan terakhir lainnya.

Menjelang jam 3 sore, Dokter Anita datang ke kamar rawat inap saya untuk mengganti perban di bekas luka operasi sekaligus menginformasikan bahwa saya juga sudah boleh pulang ke rumah. Setelah Kk selesai mengurus keperluan administrasi, kami segera mengangkut barang-barang kemudian pamit ke ruang suster dan mampir ke ruang perawatan bayi untuk mengambil Ziva. Alhamdulillah akhirnya Ziva bisa pulang ke rumah πŸ™‚

Welcome home my baby πŸ™‚ Semoga jadi anak yang sholehah, sehat, cerdas serta menjadi penyejuk hati ayah dan ibu. Aamiin.

20140422_181451

 

Salam,

signature citandy

 

6 thoughts on “Cerita Kelahiran “Zivara Medina Putri Nurhadi”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *