Dulu sebelum menikah, saya pernah bilang ke Kk, kalau nanti setelah menikah pengennya sih menunda sekitar 6 bulanan dulu sebelum hamil. Apalagi ada rencana mau melaksanakan ibadah umroh bersama keluarga besar sekitar bulan Desember 2013/ Januari 2014. Ternyata Allah berkehendak lain.
Week 1-week 4
Pas di awal Ramadhan iseng-iseng beli test pack untuk pertama kalinya, beli yang harganya murmer ๐ Setelah dicek hasilnya satu garis merah jambu yang artinya negatif. Pada hari kelima Ramadhan, ternyata tamu bulanan saya masih sempat datang, jadi puasa saya batal 7 hari. Seminggu setelah tamu bulanan saya selesai, saya beli test pack lagi, kali ini beli yang harganya agak mahalan dari yang pertama ๐ Eh hasilnya masih negatif juga. Padahal kalau dihitung mundur, pada saat saya melakukan tes kedua itu sudah masuk minggu kedua kehamilan. Entah kenapa ternyata nggak terdeteksi.
Dua kali melakukan tes dengan hasil negatif membuat saya berpikir kalau saya memang belum hamil, jadi waktu ituย saya tetap puasa dan melakukan aktivitas rutin di rumah dan kantor seperti biasa. Belum ada rasa mual dan keinginan untuk muntah. Pokoknya masih biasa saja. Sambil puasa malah sibuk nyari rumah kontrakan, keliling ke sana kemari naik motor bareng Kk. Begitu rumahnya dapat, lanjut ke toko bangunan beli keperluan untuk renovasi. Selesai renovasi, saya dan Kk dibantu beberapa anak buah saya di kantor bebersih rumah supaya menjadi lebih layak untuk ditempati. Setelah itu berlanjut dengan memindahkan sebagian besar barang-barang dari kosan lama saya.
Week 5-week 8
Setelah sebagian urusan rumah dan pindahan selesai, H-2 saya dan Kk mudik ke Bandung untuk merayakan lebaran di tempat orang tua saya. Siang hari di lebaran pertama, kami sekeluarga melakukan silaturahim ke rumah tante saya di Bekasi karena nenek dari pihak mamah sekarang tinggal di sana. Sorenya kembali lagi ke Bandung. Lebaran kedua kumpul keluarga besar mamah di rumah uwak saya. Malamnya berangkat ke bandara Soekarno Hatta karena pesawat yang akan membawa saya dan Kk ke Palembang akan take off pagi-pagi di hari lebaran ketiga. Enam hari di Palembang, saya dan Kk wira-wiri kemana-mana, ketemuan dengan teman-teman lama, puas-puasin makan pempek, martabak har, model, pindang tulang, bahkan sempat jalan-jalan ke Pulau Kemaro segala.
Saat masih di Palembang seharusnya tamu bulanan saya sudah datang, tapi sudah lewat seminggu masih belum dapat juga. Akhirnya saat di Bandung setelah pulang dari Palembang, saya beli test pack. Hasilnya? Saya positif hamil. Garis merah jambu pertama mulai muncul diikuti garis merah jambu kedua. Garis yang pertama muncul terlihat samar, garis kedunya malah terlihat lebih jelas. Perasaan senang, bahagia, haru, cemas campur aduk. Saya kemudian malah menangis di pelukan Kk. Menangis karena senang tapi juga cemas menghadapi kehamilan pertama ini, cemas takut nggak bisa membesarkan dan merawat anak kami dengan baik, dan lain-lain. Tapi saya segera men-switch pikiran saya. Saya harusnya bersyukur Allah memberikan rezeki berupa janin yang tumbuh di rahim saya tanpa saya dan Kk harus menunggu lama. Pengalaman beberapa teman dan kenalan,ย mereka harus menunggu 4 tahun, 8 tahun untuk diberi keturunan, bahkan ada mantan bos saya yang di tahun ke-10 pernikahannya belum juga dikarunia keturunan.
Sudah tahu hamil bukannya leyeh-leyeh, saya masih sibuk ngurusin pindahan barang-barang Kk dari Bandung ke Cikarang. Orang tua saya sempat ikut mengantar kepindahan kami. Saat itu saya belum memberi tahu kedua orang tua saya perihal kehamilan saya karena kan belum cek ke dokter.
Senin malam pulang kerja saya dan Kk ke dokter spesialis kandungan di RS Mitra Keluarga Cikarang. Saya sengaja mencari dokter perempuan. Atas rekomendasi teman, saya mendaftar ke dokter Ni Putu Titien DSOG. Karena baru pertama kali dan daftarnya mendadak, saya dapat nomor antrian 40! Baru dipanggil masuk ke ruangan dokternya jam 10 malam ๐ Mana saat itu saya sedang demam tinggi, sakit tenggorokan dan flu. Mungkin karena kecapekan juga sih. Tapi pengorbanan menunggu lama di ruang tunggu berbuah manis. Saat dokter melakukan USG transvaginal, beliau mengatakan bahwa ada dua kantong janin di dalam rahim saya. Saya speechless, nggak tahu mau ngomong apa, malah pengen nangis. Lagi-lagi muncul perasaan yang sama ketika pertama kali tahu saya positif hamil saat melakukan tes menggunakan test pack. Dokter Titien pun memanggil Kk sambil menunjukkan dua kantong janin tersebut di layar. Dokter Titien menanyakan apakah di antara saya dan Kk ada keturunan kembar. Kk bilang sih dari keluarga dia nggak ada. Sedangkan dari keluarga saya, saya cuma tahu ada Tante Mira dan Tante Mita, adik sepupu mamah yang kembar. Saat itu Dokter Titien bilang, ini ukurannya masih kecil banget (janin A ukurannya 1,03 cm dan janin B ukurannya 0,94 cm). Masih ada kemungkinan kedua janin berkembang semua atau hanya satu janin yang berkembang.
Selesai kontrol, dokter memberi saya vitamin Folamil Genio dan obat penguat kandungan Duphaston (nggak sempat difoto, keburu habis) plus obat batuk, antibiotik dan obat demam (ketiga obat yang saya sebutkan terakhir itu ujung-ujungnya nggak saya habiskan, takut berefek ke janin).
Sampai di rumah, masih percaya nggak percaya saya hamil dan kembar pula. Kk bilang jangan terlalu senang dulu, kata dokter kan masih ada berbagai kemungkinan. Tapi saya nggak nurut. Saya dengan semangat browsing mengenai kehamilan kembar bahkan bergabung di group FB ibu-ibu yang punya/ sedang hamil anak kembar. Saya pun memberi tahu ke orang tua saya kalau saya sedang hamil kembar cucu mereka ๐ Bahkan memaksa Kk untuk memberi tahu orang tuanya di Palembang kalau saya sedang hamil kembar.
Salam,