Punya rencana traveling ke wilayah Indonesia Timur khususnya Nusa Tenggara Timur? Sepuluh tempat yang akan saya bahas ini sayang jika dilewatkan. Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri dari ratusan pulau. Lima pulau terbesarnya yaitu Pulau Flores, Pulau Timor, Pulau Alor, Pulau Rote, dan Pulau Sumba. Kok cuma sepuluh tempat sih? Ya karena baru sepuluh tempat itu di Nusa Tenggara Timur yang sudah saya kunjungi. Nanti kalau lokasi lainnya sudah saya kunjungi, daftarnya pasti akan lebih banyak 😀
– Pasar Malam Kampung Solor
Gerbang masuk menuju Nusa Tenggara Timur tentunya bisa dari Kupang sebagai ibukota provinsi Nusa Tenggara Timur. Perbangangan dari Jakarta ada yang langsung menuju Bandara El Tari, Kupang ada yang transit dulu. Kalau saya dulu menggunakan maskapai yang transit dulu di Surabaya. Kenapa pilih yang transit? Harga tiketnya lebih murah, sist 😀 Kota Kupang terletak di Pulau Timor.
Di Kupang ada salah satu lokasi yang terkenal dengan nama Pasar Malam Kampung Solor. Di Pasar Malam Kampung Solor, kita bisa menikmati aneka kuliner lezat terutama olahan lautnya alias seafood. Pasar Malam Kampung Solor buka dari mulai jam 5 sore waktu Kupang sampai tengah malam. Jadi pas banget ya makan malam menunya seafood, nyam 🙂
– Rumah pengasingan Bung Karno
Ende terletak di Pulau Flores. Kalau dari Kupang mau ke Ende bisa menggunakan moda transportasi udara alias naik pesawat terbang. Tahun 1934 sampai 1938 Bung Karno pernah diasingkan oleh Belanda ke Ende bersama istrinya saat itu Ibu Inggit Garnasih. Sampai saat ini rumah pengasingan tersebut masih ada dan dijadikan situs cagar budaya.
– Tempat pembuatan dan penjualan kain tenun tradisional
Kain tenun tradisional adalah hal yang sudah menjadi bagian hidup dari orang Flores. Lokasi tempat pembuatan dan penjualan kain tenun tradisional bisa kita jumpai di Kampung Bena, Kota Ende, Kelimutu sampai Labuan Bajo. Harga kain ini bervariasi dari yang harganya puluhan ribu sampai jutaan.
– Danau Kelimutu
Adakah yang masih ingat dengan uang pecahan 5000 edisi lama ini? Danau Kelimutu yang gambarnya terdapat pada uang tersebut berada di Kabupaten Ende. Jika kita hendak menuju Danau Kelimutu pagi-pagi sekali, disarankan menginap di Desa Moni, desa terakhir sebelum menuju Taman Nasional Kelimutu. Dalam bahasa setempat ketiga danau tersebut bernama Tiwu Ata Polo, Tiwu Nua Muri Koo Fai dan Tiwu Ata Mbupu. Tiwu artinya danau.
Saat ini Tiwu Ata Polo (memiliki luas 4 hektar dengan kedalaman 64 meter, status aktif) yang dulu berwarna merah menjadi berwarna biru toska, mirip dengan warna Tiwu Nua Muri Koo Fai (memiliki luas 5,5 hektar dengan kedalaman 127 meter, status sangat aktif) yang letaknya saling bersebelahan. Sementara Tiwu Ata Mbupu (memiliki luas 4,5 hektar dengan kedalaman 67 meter, status kurang aktif) berwarna hijau tua kehitaman.
– Sumber air panas alami Mengeruda
Sumber mata air panas alami Mengeruda terletak di Kecamatan Soa, Kabupaten Ngada. Saat kami berkunjung ke sana waktu itu masih sepi, mungkin karena masih pagi. Suasananya masih asri, karena masih banyak pepohonan yang rimbun.
– Kampung tradisional Bena
Kalau di Garut kita bisa menjumpai kampung tradisional Kampung Naga, di Kecamatan Aimere, Kabupaten Ngada, ada kampung tradisional Bena. Di Kampung Bena, rumah-rumah tradisional berjajar rapih. Di beberapa lokasi terdapat menhir peninggalan nenek moyang dan rumah yang berukuran lebih kecil yang berfungsi sebagai lumbung padi. Hampir 2 jam kami berada di Bena, mengambil foto, ngobrol dengan penduduk asli. Seorang teman saya menyempatkan diri berdoa di gua Bunda Maria yang terletak di bagian atas kampung tersebut
– Situs Liang Bua
Situs Liang Bua, tempat ditemukannya kerangka Homo Floresiensis pada tahun 2001 terletak di Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai. Homo Floresiensis dikenal juga sebagai hobbit, mempunyai tinggi badan hanya sekitar 1 meter. Keturunannya sampai sekarang masih bisa kita temui, mereka sudah tidak tinggal di gua, sejak tahun 1965 mereka sudah tinggal di rumah biasa. Saat ini keturunan Homo Floresiensis ada sekitar 100 orang. Salah satu yang kami temui adalah Pak Victor.
– Sawah berpola jaring laba-laba
Sawah berpola jaring laba-laba ini terletak di Kecamatan Cancar, Kabupaten Manggarai, Pulau Flores. Menurut cerita bapak penjaganya, pola pembagian sawah ini merupakan turun temurun dari nenek moyang mereka.
– Labuan Bajo
Lokasi Labuan Bajo yang terletak di pantai barat Pulau Flores menjadikannya sebagai salah satu pintu masuk menuju Taman Nasional Komodo. Karenanya, di Labuan Bajo banyak banget hotel dari kelas melati sampai kelas mewah. Biasanya pengunjung Taman Nasional Komodo memanfaatkan hotel-hotel di Labuan Bajo sebagai tempat singgah sebelum atau sesudah melakukan sailing trip di perairan Taman Nasional Komodo.
Keberadaan bandar udara Komodo yang saat ini sudah direnovasi diharapkan bisa meningkatkan jumlah pengunjung ke Pulau Flores pada umumnya maupun ke Taman Nasional Komodo pada khususnya.
– Taman Nasional Komodo
Mau melihat hewan komodo yang hidup di habitat aslinya? Wajib ke Taman Nasional Komodo. Taman nasional dengan luas 1817 kilometer persegi ini dinobatkan sebagai The World Heritage Site oleh UNESCO pada tahun 1991. Jarak antar pulau di kawasan ini cukup jauh sehingga tinggal di kapal adalah pilihan yang harus diambil untuk memudahkan mobilitas bila kita berkunjung ke sana. Tiga pulau besar yang berada di kawasan taman nasional ini yaitu Pulau Rinca, Pulau Komodo dan Pulau Padar.
Bagi perempuan yang sedang haid sebaiknya jangan nekat untuk mengunjungi Pulau Komodo dan Pulau Rinca, karena komodo sangat sensitif terhadap bau darah. Jangan sampai kita berbohong kepada ranger di sana dengan mengatakan sedang tidak haid padahal sedang haid, akibatnya bisa fatal. Komodo bisa mencium bau darah dari radius 9 sampai 11 kilometer.
Mengunjungi pantai yang pasirnya berwarna putih atau coklat itu sudah biasa. Penasaran dengan pantai yang pasirnya berwarna kemerahan? Datanglah ke Pink Beach. Pink Beach adalah bagian dari Pulau Komodo namun berada di sisi yang berbeda dengan Loh Liang. Kita bisa melakukan kegiatan snorkeling, hanya sekedar bermain pasir di pantai ini atau selfie 😀
Setelah snorkeling dan foto-foto di Pink Beach, perjalanan dilanjutkan ke Loh Liang, bagian dari Pulau Komodo yang lain yang merupakan gerbang masuk ke pulau tersebut. Sama halnya seperti di Pulau Rinca, di Pulau Komodo kita bisa melakukan trekking. Bedanya di Pulau Komodo tersedia 3 jalur trekking yaitu short trail, medium trail, long trial bahkan adventure (trekking sepanjang 8 km sampai ke Gunung Ara).
Gili Laba adalah sebuah pulau berbukit tidak berpenghuni yang terletak di Laut Flores. Perjalanan dari Loh Liang menuju Gili Laba memakan waktu sekitar dua jam. Kapal berlabuh beberapa meter dari pantai, kemudian menggunakan jukung kami diantar hingga ke pantai oleh ABK yang sekaligus akan menjadi pemandu kami melakukan trekking di Gili Laba.
Trekking di Gili Laba hingga ke puncak bukitnya terkenal sulit. Butuh waktu sekitar dua jam untuk kami mendaki hingga mencapai puncak. Medan yang curam dengan kemiringan nyaris 90 derajat sangat membuat tenaga terkuras, keringat mengucur deras dan nafas tersengal-sengal. Selama mendaki, kaki mengandalkan batu sebagai tumpuan pijakan sementara tangan berpegangan pada rerumputan yang mendominasi wilayah itu, belum lagi saya harus menjaga kamera yang saya bawa. Menjelang puncak bahkan kami harus merayap seperti Spiderman untuk mencapainya. Diperlukan ekstra kehati-hatian saat pendakian, karena bila tidak, kita berpotensi jatuh meluncur bebas ke bawah.
Ayo siapa yang tertarik melakukan perjalanan ke Nusa Tenggara Timur?
Salam,